Berhijab merupakan kewajiban yang serta-merta berlaku ketika seorang wanita memasuki masa aqil baligh. Namun karena satu dan lain hal, banyak muslimah menunda mengenakan hijab. Ketergerakan bisa datang dari mana saja,namun tidak turun dari langit. Melainkan melalui perjuangan dan keteguhan hati. Bagaimana para muslimah ini menemukan cahaya hidayah untuk menutup aurat?
Dewi Sandra
“Kalau orang bilang sih ini hidayah. Tapi menurutku ini bukan hidayah yang datang tiba-tiba lewat mimpi. Ini adalah hidayah yang memang aku cari. Aku banyak baca buku, bertanya ke ustad, teman-teman yang lebih paham akan agama. Aku juga banyak bergaul dengan istri-istri ustad. Aku rasa lingkungannya tepat. Masukan yang mereka kasih juga enggak membuat aku semakin jauh tapi justru merasa semakin dekat. Akhirnya suatu hari, aku lupa the exact date, aku menemukan satu ayat yang menyebutkan kalau tiap wanita itu wajib menutup auratnya. Dari situ aku jadi tahu kalau ini adalah perintah Allah SWT yang tidak bisa dibantahkan. Aku semakin yakin dan mantap dengan niatku.”
Shireen Sungkar
“Aku pakai hijab ketika masa kehamilan dan saat itu ada kejadian yang membuat aku yakin untuk pakai hijab. Ditambah suami, keluarga, teman-teman aku termasuk kakak aku dukung banget. Mungkin ada beberapa orang yang ketika awal memakai hijab tidak langsung seperti pakai topi, turban dan sebagainya tapi buat aku, aku langsung pakai hijab. Pemakaian hijab ini juga salah satu pilihan hidup yang besar buat aku. Pakai hijab juga kan bagian dari proses, at least I’m happy.”
Lyra Virna
“Hidup itu proses. Kalau ada orang bilang aku belum dapat hidayah, itu salah, karena tidak akan ada hidayah jika kita tidak membuka hati. Pada saat hidayah itu datang kepada saya, saya memang sedang membuka hati saya untuk sebesar-besarnya untuk Allah. Aku sudah 30 tahun sewaktu aku merasa aku harus berubah, tapi jangan jadaikan juga alasan karena belum 30 tahun jadi menunda perubahan menuju kebaikan. Sekarang atau kapan lagi. Disaat kamu mau membuka hati sekarang bukalah hatimu sekarang tidak usah menunggu umur tertentu.”
Jenahara
“Aku sangat bersyukur karena aku berada di lingkungan yang sangat mendukung keputusan aku untuk berjilbab. Aku nggak pernah merasakan momen sulit memakai jilbab, tapi ada momen di saat aku sekolah, aku berteman dengan teman-teman yang tidak berjilbab dan banyak teman-teman yang suka nyeletuk “Je, lo kenapa pakai jilbab, kan masih muda. Cantikan nggak pakai jilbab”. Ada rasa minder kalau aku lagi main sama mereka. Kalau mereka ngajak berenang, aku suka mikir aduh aku pakai apa. Aku tetap berenang tapi ketutup semua dan aku jadi beda sendiri. Cobaan-nya disitu. Cobaan aku sepele-sepele dan aku yakin semua yang memakai jilbab ada masa dimana dia mikir “Aduh gimana ya seandainya aku nggak pakai jilbab.” Tapi aku yakin itu hanya perasaan sesaat, karena aku yakin dengan jilbab aku.”