Adab Membaca Al-Qur’an
Selaras dengan status dan fungsi Al Qur’an sebagai Kitab Suci; sebagai pedoman hidup umat manusia atau tempat rujukan bagi sekalian masalah hidup dan kehidupannya, maka tentu memelihara adab yang luhur terhadap Al Qur’an merupakan hal yang penting, dan mestinya harus diperhatikan. Adab yang disyari’atkan terhadap Al Qur’an, antara lain:
1. Hendaknya mushaf Al Qur’an diletakkan pada tempat-tempat yang layak, terhormat dan suci. Bila dibawa saat perjalanan, sebaiknya dipegang dengan tangan kanan, dan tidak dibawa serta kecuali ke tempat-tempat yang suci
2. Hendaknya orang yang membawa Al Qur’an dan yang membacanya berpakaian dengan pakaian yang sopan dan bersih dari kotoran atau najis.
3. Apabila ayat Al Qur’an dibacakan, maka orang yang mendengarkan hendaknya tidak berbicara atau bercakap-cakap sehingga merusak kekhusyu’an suasana. Hal ini dijelaskan dalam surat Al A’raf ayat 204:
“Apabila (ayat-ayat) Al Qur’an dibacakan, maka dengarkanlah dan diamlah (untuk memperhatikan) agar kamu mendapat rahmat”
4. Hendaknya melakukan sujud tilawah bila menjumpai ayat-ayat sajdah, baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Hukum sujud tilawah adalah sunnah.
5. Sebaik-baik waktu membaca ayat-ayat Al Qur’an ialah di dalam shalat setelah membaca Al Fatihah. Adapun di luar shalat sebaiknya waktu membaca Al Qur’an ialah di tengah malam dan pada bulan Ramadhan. Seperti firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 185:
6. “Bulan Ramadhan (adalah) bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan ayat-ayat) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”.
7. Hendaknya membaca Al Qur’an di tempat yang suci dan tenang sehingga pesan dari setiap ayat yang dibaca dapat disimak dan dihayati dengan baik. Sebaik-baik tempat untuk membaca Al Qur’an ialah di Masjid.
8. Bagi yang bermaksud membaca Al Qur’an, hendaknya ia berwudhu terlebih dahulu sebelum membacanya, agar suasana dapat tercipta dengan khusyu’dan menambah semangat saat membacanya. Meskipun secara hukum, membaca Al Qur’an dalam keadaan hadats kecil termasuk kategori jaiz. Lain halnya dengan yang sedang berhadats besar (haid, nifas, atau junub), tidak dianjurkan untuk membaca Al Qur’an.
9. Hendaknya membaca Al Qur’an dengan posisi badan menghadap ke arah kiblat, sebab membaca Al Qur’an merupakan salah satu bentuk ibadah yang kerap kali dijumpai ayat-ayat yang mengandung doa.
10. Hendaknya memelihara sikap yang sopan dan tenang serta penuh khusyu’ selama membaca ayat-ayat Al Qur’an, terutama khusyu’ dalam menyimak dan menghayati pesan-pesan yang terkandung. Allah berfirman:
“Ini adalah Kitab yang Kami turunkan kepadamu, yang penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran (bagi) orang-orang yang mempunyai pikiran”. (QS. Shad, 38 : 29)
10. Hendaknya membaca ayat Al Qur’an dengan alunan suara yang sebaik mungkin, sehingga merdu saat didengar, paling tidak merdu dalam ukuran si pembacanya sendiri.
11. Sebaik-baik tingkatan suara ketika membaca ayat-ayat Al Qur’an ialah dengan suara sedikit nyaring, tidak ditahan dalam hati, namun juga tidak terlalu keras. Suara yang sedikit nyaring dimaksudkan untuk dapat menjaga konsentrasi membaca dari gangguan yang ditimbulkan oleh suara-suara sekitar.
12. Sebaik-baik cara membaca Al Qur’an ialah dengan ‘tartil’, yaitu membaca dengan lambat, paham, dan teratur.
13. Bila sedang membaca Al Qur’an, lantas menguap, hendaknya berhenti membaca Al Qur’an hingga menguap selesai, kemudian baru meneruskan lagi membacanya.
14. Sebelum membaca Al Qur’an hendaknya menetapkan di dalam hati niat yang ikhlas lillahi; tak ada tujuan lain kecuali untuk mendekatkan diri kehadirat-Nya serta mengharapkan ridha-Nya.
15. Hendaknya mengawali membaca Al Qur’an dengan membaca ta’awudz. Ta’awudz termasuk sunnah dan sebagian ulama ada yang menetapkannya sebagai wajib.
16. Saat hendak membaca rangkaian ayat dari setiap awal surat kecuali surat “Al Bara’ah”, sebaiknya memelihara bacaan basmalah.
Sumber:
Buku Al Quran : Sumber Hukum Islam yang Pertama oleh Miftah Faridl dan Agus Syihabudin