Berry Manoch menyimpan sikap antipasti terhadap Islam. Berry melihat wajah Islam yang salah, yang penuh kekerasan, orang-orang menghakimi satu sama lain, serta kekejaman di sana-sini. Terlahir dari keluarga misionaris Kristen Protestan, agama dan Tuhan tak pernah menjadi bagian hidupnya. “Padahal bokap gue tuh penebar agama Kristen. Dari kecil juga udah gonta-ganti pendeta yang ngajarin gue agama biar gue bener. Tapi emang guenya bandel ya bandel aja,” kenang Berry. Ketika band St. Loco yang digawanginya berada di puncak popularitas awal decade 2000-an, Berry menjalani gaya hidup rockstar. Termasuk bersahabat karib dengan narkotika, alkohol, hingga pergaulan bebas. Near-death experience overdosis hingga keluar-masuk rehabilitasi tak menghentikan kebiasaan buruk Berry. Sober sebentar, kemudian kambuh lagi, begitu seterusnya. Baginya hari demi hari terlewati begitu saja. Berry percaya manusia hidup, kemudian mati, so we have to make the most of it.
Awal 2015, Berry menangani sebuah project musik bersama seorang rekannya. Begadang dan menginap di studio dilakoni Berry dan rekannya selama beberapa waktu. Berry baru ngeh mendapati rekannya sering izin untuk salat di waktu-waktu tertentu. Melihat wajah yang basah oleh wudhu, gerakan-gerakan salat, begitu menyejukkan dan menenangkan hati Berry. Sampai kemudian, spontan saja Berry minta diajarkan tata cara salat. Waktu itu Berry tak berniat mendalami Islam, tapi hanya ingin salat sebagai bentuk meditasi. “Si temen gue itu kaget banget. Jangan lagi dia, gue sendiri juga kaget,” urai rapper satu ini seraya terbahak.
Salat menuntun Berry pada cahaya Islam. Berangkat dari niat salat sebagai kegiatan meditasi, tak diduga Berry mampu menjauhi hal-hal negatif tanpa perlu bersusah payah. Surprisingly, Berry berhenti total menggunakan narkotika, menjauhi alkohol dan wanita, serta kemewahan-kemewahan sederhana seperti tidur lebih awal karena takut melewatkan salat Subuh. “And I did that without even setting my foot on rehab!” pekiknya gembira. Baginya Islam bukan hanya agama, tapi way of life.
Merasakan perubahan positif besar dalam hidupnya, Berry memutuskan mengkaji Islam lebih dalam dari Alquran. Sosok Muhammad SAW kian memantapkan hati Berry untuk menempuh jalan Allah SWT. Muhammad yang diceritakan dalam Alquran berbeda 180 derajat dari yang selama ini diketahui Berry dari orang-orang yang bertindak mengatasnamakan Beliau. Muhammad SAW adalah figur yang cerdas, murah hati, penuh kasih sayang, serta pemimpin yang arif bijaksana. Berry terharu membaca riwayat Rasulullah yang menyuapi seorang Yahudi buta semangkuk bubur, kendati Yahudi tersebut senantiasa menghina Beliau.
Semakin mendalami ajaran Islam, Berry semakin menyayangkan banyaknya distorsi interpretasi oleh umat Islam. Sehingga yang banyak muncul adalah wajah Islam yang sarat terorisme, penuh darah, gemar berperang, dan radikal. “Contohnya poligami, banyak yang bilang itu merugikan perempuan, sedangkan pria selalu berlindung pada alibi Sunnah Rasul. Padahal Rasulullah menikahi mereka bukan untuk mencari yang lebih cantik dan muda. Justru Beliau menikahi janda-janda perang, wanita yang nggak cantik tapi akhlaknya baik, supaya ada yang melindungi dan bertanggung jawab buat mereka. Dengan punya suami, perempuan-perempuan ini lebih terhormat,” urai Berry panjang-lebar. Kemudian Berry mengucap dua kalimat syahadat pada Maret 2015 setelah hampir dua bulan belajar Islam. Kemudian Berry mengganti namanya menjadi Muhammad Beery Al-Fatah, terinspirasi dari salah satu Asma’ul Husna Al-Fatah yang berarti Yang Maha Membuka.
Text: Hafsya Umar