Kaligrafi dalam Fashion

 

kaligrafi-dalam-fashion-muslim

Kaligrafi merupakan suatu seni artistik tulisan tangan yang memiliki daya tarik estetika yang tinggi. Meskipun karya seni kaligrafi sering kali diidentikkan dengan tulisan Arab yang umumnya dipetik dari ayat-ayat suci AlQuran, namun bahasa China, Jepang dan Yunani juga bisa termasuk kedalam salah satu bentuk tulisan kaligrafi. Keindahan kaligrafi tulisan Arab menjadi sumber inspirasi bagi banyak seniman. Tak hanya dengan menuangkan keindahannya lewat media kanvas lukisan, ada pula beberapa desainer dunia yang justru mengadaptasikannya kedalam koleksi mereka. Bukan sekedar sebagai hiasan dinding semata, tapi seni kaligrafi diwujudkan kedalam berbagai bentuk produk fesyen. Dari mulai sepatu, scarf, pakaian, tas, ikat pinggang, hingga perhiasan.

Kilas balik ke era ‘90an saat seorang desainer asal Perancis, Azzedine Alaïa, mengeluarkan bodysuit dengan kaligrafi Arab lewat koleksi Fall 1990. Para supermodel yang hits pada masanya menghiasi panggung runway dengan mengenakan pakaian bertuliskan kaligrafi Arab yang membungkus erat tubuh mereka. Bagi kebanyakan desainer, mereka tidak terlalu mengutamakan efisiensi dari tulisan Arab tersebut melainkan hanya ingin menonjolkan segi estetika dari tulisan kaligrafi itu sendiri.

Di tahun 1994, sempat terjadi insiden ketika Karl Lagerfeld mengutus Claudia Schiffer dan Karen Mulder untuk jalan di catwalk dengan mengenakan bustier Chanel berhiaskan bordir kaligrafi Arab yang membentuk lekuk tubuhnya. Belakangan diketahui kalau bordiran kaligrafi tersebut merupakan ayat suci Al-Quran. Hal ini membuat Karl Lagerfeld harus meminta maaf kepada umat muslim yang sempat mengancam akan memboikot Chanel. Ia mengaku kalau selama ini ia mengira tulisan Arab tersebut berupa puisi cinta Taj Mahal dan sama sekali tidak mengetahui kalau ternyata berasal dari ayat suci Al-Quran. Setelah tragedi 9/11 di Amerika, sensitivitas akan budaya Arab semakin meningkat. Insiden Chanel pun masih cukup melekat di ingatan banyak pelaku industri fesyen dunia. Namun hal ini tidak menyurutkan Ricardo Tisci, sang desainer untuk rumah mode Givenchy untuk terus terinspirasi oleh gaya berpakaian Timur Tengah dalam berkarya. Ia bahkan pernah tertangkap kamera mengenakan sebuah kaos hitam dengan tulisan kaligrafi Arab. Di pertengahan tahun 1995, Azzedine Alaïa kembali menciptakan hoodie ala Timur Tengah yang didesain khusus untuk sahabatnya, Farida Khelfa yang saat itu tengah mengandung. Ia dipotret di depan mural besar dengan kaligrafi Arab sebagai background di Musee National des Arts d’Afrique et d’Oceanie di Paris.

Bukan hanya desainer Barat, para desainer di sekitaran Timur Tengah pun banyak yang menggunakan kaligrafi Arab kedalam desain mereka. Bagi mereka, memasukkan unsur kaligrafi Arab adalah salah satu bentuk upaya untuk dapat menyelaraskan antara bahasa dan budaya Arab kedalam fesyen. Huruf Arab yang klasik diwujudkan dalam bentuk yang lebih modern tanpa mengenyampingkan makna dan estetikanya. Dengan segala kompleksitasnya, bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang paling tua dan unik. Bahasa Arab digunakan oleh lebih dari 300 juta penduduk di kawasan Asia dan Afrika. Huruf Arab juga digunakan sebagai bahasa Persia, Urdu dan Kurdish. Namun seiring dengan pertumbuhan imigrasi di negara-negara Arab, maka banyak pula masuknya pengaruh budaya asing yang turut memberi dampak pada identitas bahasa Arab.

DAS Collection milik dua bersaudara Reem dan Hind Beljafla asal Dubai berjaya di panggung runway London Fashion Week 2013 saat memamerkan koleksi Spring/Summer mereka. Terinspirasi dari elegansi Timur Tengah yang dikawinkan dengan nuansa India, mereka menambahkan ornamen bordir kaligrafi Arab yang terinspirasi dari kalangan atas Dubai dan Mumbai. Nima Behnoud, seorang desainer keturunan Iran yang menetap di New York mengeluarkan label Nimany yang identik dengan kaligrafi Arab. Kreativitasnya dalam mengembangkan kaligrafi Arab dituangkan dalam bentuk pakaian, dasi, kalung, gelang hingga cincin. Ia memasukkan unsur modern dan fesyen kedalam rancangannya sehingga menjangkau segala segmen, mulai selebriti seperti Heidi Klum hingga para hipster muda. Ia mengutip puisi Persia, seperti karya Jalaludin El-Rumi dengan tulisan kuno Persia lalu mewujudkannya kedalam pakaian. Begitu pula dengan Noon T-Shirt yang berlokasi di Dubai dan Jeddah yang konsisten menjual atasan dengan motif kaligrafi huruf Arab. Tulisan yang dimasukkannya berkisar seputaran pesan damai, puisi dan peribahasa Arab. Humor pun terkadang ikut mengambil bagian. Membuat slogan yang merupakan plesetan dari brand terkenal di dunia. Seperti “Hello Kitty” yang justru diplesetkan menjadi “Hala Kitty”, yaitu halo dalam bahasa Arab.

Di Indonesia, kaligrafi Arab justru memberi inspirasi pada para pengrajin Batik di daerah Bengkulu. Kain besurek merupakan kain batik tradisional warisan leluhur masyarakat Bengkulu berbahan katun. Nama besurek berasal dari kata bersurat ataupun menulis. Jadi secara harfiah, kain besurek dapat diartikan sebagai batik bertulisan. Motifnya berupa kaligrafi Arab yang telah dikreasikan dengan beragam warna bahan yang cerah. Motif tersebut terpengaruh oleh unsur kebudayaan Islam. Meskipun perkembangan kain besurek divariasikan dengan bentuk bunga, rembulan atau burung, namun motif yang mendominasi adalah berupa kaligrafi Arab. Hal inilah yang membedakannya dengan batik Jawa.

Kaligrafi Arab yang diadaptasi dari ayat Al-Quran merupakan elemen paling fundamental dari seni agama Islam. Walau kebanyakan seni kaligrafi terlihat sulit terbaca, namun patut diingat kalau tujuan kaligrafi adalah sebagai bentuk ekspresi dalam menyampaikan suatu pesan. Bukan hanya sebagai ornamen atau dekorasi semata, tetapi juga patut dimaknai dan diinterpretasikan secara mendalam oleh tiap individu.

Teks: Fanie Maulida