My Freedom of Speech

 

freedom-of-speech

“Kenapa sih perempuan berjilbab itu ga berani ngomong dan kalau ditegur diem aja?” Ini salah satu pertanyaan dan generalisasi perempuan berhijab yang sering sekali saya terima. Tapi begitu saya mulai berbicara lantang secara berapi-api, sering juga saya mendapatkan komentar “mba hanna, jangan ngomong dan bicara keras-keras. Malu sama jilbabnya”.

Berhijab bukanlah sesuatu yang mudah tapi juga bukan berarti menakutkan. Berhijab bukan juga hal mudah hingga jadi disepelekan. Sudah pasti ada beberapa hal yang harus kita pertimbangkan begitu kita berhijab. Ada hal-hal yang lebih tenang kita tinggalkan dan banyak hal juga yang seakan-akan dipermudah oleh Allah selepas menggunakan hijab.

Stereotype dalam berhijab begitu banyak. Perempuan berhijab sering diidentikan dengan perempuan anggun, feminin, lemah lembut dengan tutur bahasa yang pelan. Tak perlu saya jabarkan stereotype lain tentang perempuan berhijab, yang pasti tidak sedikit. Tak jarang berbagai stereotype yang saya terima membuat saya minder, down hingga merasa insecure. Namun seiring dengan perkembangan perempuan berhijab sekarang sepertinya stereotype itu pun sudah terasa semakin berkurang. Kita semakin paham bahwa berhijab adalah proses setiap individu untuk lebih dekat dengan Yang Maha Kuasa.

Berjalannya waktu dan berkembangnya industri fashion muslim membuat saya semakin percaya diri dan semakin merasa tidak sendiri. Ini salah satu alasan terbesar saya untuk berkecimpung membesarkan industri ini, agar kelak anak perempuan saya tidak perlu merasa tersudutkan, minoritas, apalagi mengalami diskriminasi hanya karena hijab yang kelak akan dia pakai. Sejak berkomitmen membesarkan industri fashion muslim media, saya dipertemukan dengan orang-orang yang juga mengeluhkan hal yang sama. Apalagi teman-teman yang mulai memakai hijab sejak usia muda, sejak perkebangan hijab belum seperti sekarang. Banyak perempuan berhijab yang sering merasa terpojokkan dan hijab seringkali dijadikan alasan atas ketidak sempurnaan kita sebagai seorang muslimah. Tidak hafal ayat Al-Quran, yang disalahkan hijabnya. Tertawa terbahak-bahak keras, hijab pula yang dijadikan alasan. Tak jarang, kita pun mendapatkan diskriminasi di negara-negara dengan mayoritas non muslim.

Hijab seharusnya tidak membatasi apapun yang ingin kita capai. Berkembangnya industri fashion muslim sehingga sekarang semakin banyak muslim yang semakin percaya diri menggunakan hijab adalah momen menuju kemerdekaan kita sebagai muslimah berhijab. Bersama ribuan hingga jutaan perempuan berhijab diluar sana, kita sedang berusaha menghapuskan diskriminasi akan perempuan berhijab. Kita sedang menuju kemenangan dan kemerdekaan untuk bisa berkembang di berbagai bidang. Layaknya memperjuangkan kemerdekaan, setiap muslimah yang berhijab seharusnya saling bersatu, bukan saling menjatuhkan. Segala kekurangan ataupun kelemahan yang dimiliki oleh muslimah berhijab bukanlah karena hijabnya. Hijab adalah proses, Islam adalah satu. Seperti yang dituliskan dalam surat AL-Hujurat ayat 10 bahwa setiap muslim itu bersaudara, dan layaknya sesama saudara, sudah sepantasnya kita saling menjaga dan mengingatkan bukan menjatuhkan. Mengingatkan dengan tutur kata yang santun seperti yang dituliskan dalam QS Al-Baqarah: 263 “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.”