Sudah menjadi tanggung jawab moral bagi wanita Indonesia, untuk merawat anak-anak dan mengurus keluarga di rumah. Sehingga tak sedikit pro-kontra berdatangan mengenai pilihan bekerja di luar rumah atau mengurus anak saja di rumah. Pilihan ini memunculkan impian baru bagi banyak wanita, yaitu bisa bekerja mengoptimalkan potensi diri tapi tetap bisa mengurus anak.
Pekerjaan impian ini telah dilakoni bertahun-tahun oleh Ninit Yunita. Penulis novel yang telah banyak difilmkan seperti Test Pack, Get Married, dan Heart ini pun merupakan salah satu founder dari komunitas The Urban Mama (TUM) dan Mama Runners. Seluruh karyanya membuat Laiqa yakin untuk menjadikan Ninit sebagai salah satu dari para wanita #qualityinmodesty.
Berawal dari keputusan Ninit Yunita untuk ikut sang suami bekerja di Afrika. Ia harus meninggalkan pekerjaannya di bidang sales di sebuah perusahaan swasta. Untuk mengisi waktunya selama di luar negeri, ia mulai menulis blog istribawel.com. Menulis adalah hobinya sedari kecil. Ia senang menulis diary sejak duduk di bangku SD. Baginya, menulis itu menyenangkan, sehingga menulis blog ia lakukan dengan suka hati tanpa banyak beban.
Blog kemudian menjadi pembuka banyak pintu kesempatan. Dari blog, ia ditawari untuk menulis novel. Dari blog pula, ia bertemu dengan para pembacanya yang kemudian membuat forum bernama The Urban Mama. Obrolan mengenai kehidupan sehari-hari para ibu mengumpulkan banyak teman yang memiliki ketertarikan yang sama. Bahkan para bapak ikut berkecimpung di komunitas ini untuk mengupas ilmu parenting.
Meskipun berhijab ia mengaku tak banyak kesulitan dalam bergaul, baik di komunitasnya maupun di dunia perfilman. Hal terpenting saat berkomunikasi adalah kepercayaan diri dan tetap berperilaku baik. Bahkan dengan kepercayaan diri dan karya yang dibawanya, tak jarang Ninit menginspirasi teman-teman komunitasnya untuk berhijab juga.
Bisa berada di dunia yang sekarang dijalani juga tentu bukan hal yang mudah. Anggapan orang luar tentang perempuan bekerja tetaplah macam-macam. Ada yang berpendapat bahwa wanita pekerja kantoran tetap lebih keren, ada juga yang berpendapat bahwa ibu yang mengurus anak sendiri di rumah itu lebih keren.
“Bagi saya yang terpenting adalah, kita bahagia dengan apapun keputusan kita. Orang di luar akan selalu memberikan komentar. Yang penting kita happy dengan apa yang kita putuskan. Kalau kita happy, apapun yang kita kerjakan akan lebih berarti.” Tutur Ninit.
Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah konsistensi. Untuk bisa bekerja sendiri, seperti menulis belasan novel, membuat event, juga konsisten berkomunitas, dibutuhkan manajemen diri yang baik. Ibu dari Aldebaran R. Adithya dan Arzachel R. Adithya ini mengingatkan bahwa apapun yang kita mulai harus kita selesaikan. Seperti halnya permasalahan para penulis novel lainnya, Ninit pun sering merasakan jenuh saat menulis atau writer’s block.
“Salah satu kuncinya bagi saya adalah tahu mau dibawa kemana novel kita ujungnya. Sehingga saat writer’s block datang, kita boleh berhenti dulu mencari inspirasi. Jalan-jalan dulu. Jangan dipaksakan kalau memang stuck. Tapi setelah itu, kita harus kembali lagi. Kita harus menyelesaikan apa yang telah kita mulai.”
Pelajaran ini tak hanya diperuntukkan untuk penulis atau wanita yang bekerja sendiri. Bukan berarti, wanita yang bekerja di kantor, tak harus tahu target pekerjaan untuk dirinya sendiri. Saat mengejar target perusahaan, jangan lupa untuk menyisipkan target untuk pengembangan skill pribadi.
Perbincangan seru hari itu ditutup oleh pesan dari Ninit Yunita untuk semua wanita muslimah yang sedang berkarya, “Hidup kita seperti berlari dalam sebuah race. Kita harus tahu finish line, tujuan dari apapun yang kita lakukan. Rasa tanggung jawab dan konsistensi kita akan muncul sendirinya ketika tahu mau kemana kita berlari.”
Setuju? Terima kasih untuk waktunya, Ninit Yunita. Terus berkarya, dan terus bermanfaat!
Photo: Wisnu G. Kencana.
Wardrobe Ninit Yunita
Top – Midi Vest TShirt Stripe Set, 2M Moslem Wear
Scarf – New Cotton Scarf, Toskamalika